Parepare, (Kemenag Parepare) - Kantor
Wilayah Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Selatan menggelar rapat koordinasi
secara daring dalam rangka persiapan pelaksanaan program Penanaman 1 Juta Pohon
Matoa, sebagai bagian dari peringatan Hari Bumi ke-55 tahun 2025.
Rapat yang berlangsung pada Rabu,
16 April 2025 ini diikuti sekira 300-an peserta, terdiri dari para pejabat di
lingkup Kanwil Kemenag Sulsel dan Kemenag Kabupaten/Kota se-Sulsel.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian
Agama Sulawesi Selatan menyampaikan bahwa program penanaman pohon ini bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya menjaga kelestarian
lingkungan dan kesehatan. Ia juga menegaskan bahwa meskipun Matoa menjadi ikon
kegiatan ini, jenis pohon yang akan ditanam tidak terbatas pada satu jenis
saja. Beragam pohon yang memiliki manfaat ekologis dan sosial juga akan
dilibatkan dalam program ini.
Kepala Bidang Pendidikan
Madrasah, Wahyudin Hakim, mengajak seluruh peserta untuk berperan aktif dalam
menyukseskan program tersebut.
“Inisiatif ini merupakan tindak
lanjut dari Keputusan Menteri Agama (KMA) Nomor 244 Tahun 2025 tentang Program
Prioritas Menteri Agama Tahun 2025–2029, serta Surat Edaran Sekretaris Jenderal
Kemenag RI Nomor 182 Tahun 2025 mengenai Gerakan Penanaman 1 Juta Pohon Matoa,”ujarnya.
Sementara itu, Kepala Bidang
Urusan Agama Islam (Urais), H. Gaffar, menekankan pentingnya peran para
penyuluh agama dalam menyosialisasikan program ini kepada masyarakat luas. Ia
berharap agar penyuluh dapat menjadi ujung tombak penyampaian informasi dan
ajakan untuk ikut berpartisipasi dalam gerakan hijau ini.
Turut hadir dalam rapat daring
tersebut, Kepala Kantor Kemenag Kota Parepare, H. Fitriadi, yang menyimak
paparan dari Kepala Kanwil Kemenag Sulsel dan menyatakan dukungannya terhadap
pelaksanaan program ini di wilayahnya. Hadir pula Kasubbag TU, para Kepala
Seksi/Penyelenggara, para Kepala KUA, dan Kepala Madrasah Negeri.
Program penanaman 1 juta pohon Matoa
ini diharapkan tidak hanya meningkatkan kesadaran akan pentingnya pelestarian
lingkungan hidup, tetapi juga memberikan manfaat langsung bagi ekosistem dan
kehidupan masyarakat sekitar.
Dalam sesi diskusi, beberapa
peserta rapat menyampaikan testimoni terkait kesiapan mereka dalam mendukung
gerakan ini. Sebagian di antaranya bahkan telah mulai mempersiapkan bibit pohon
yang akan ditanam dalam waktu dekat.(Abul/Wn)